Cari Blog Ini

Minggu, 18 Maret 2012

Imam Jalaluddin As-Suyuthi


Imam Jalaluddin As-Suyuthi
Kepribadian Imam Jalaluddin As-Suyuthi dengan berbagai aspeknya, tanpa diragukan lagi adalah kepribadian yang unik yang pantas diteliti dan dipelajari. Beliau banyak memperdalam ilmu-ilmu agama dan bahasa, mengarang buku-buku kesusastraan, juga menaruh perhatian besar terhadap sejarah, politik dan sosial.
Beliau dipandang sebagai salah seorang sastrawan paling terkenal pada abad kelima belas. Dengan penanya, beliau menggeluti segala bidang ilmu. Beliau menulis tentang Al-Qur’an, al-Hadits, Fiqh, Sejarah, bahasa, Balaghah, Kesusastraan dan lain sebagainya.
Beliau juga sangat cinta pada ilmu. Beliau berpindah-pindah dari satu pusat pendidikan ke pusat pendidikan lainnya. Sumber-sumber sejarah menuturkan bahwa beliau telah belajar kepada enam ratus Syaikh (guru) pada zamannya di berbagai negara.
Nama lengkap beliau adalah Abdur Rahman bin Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiq Al-Khudhari As-Suyuthi, yang diberi gelar Jalaluddin atau Abul Fadhl. Beliau juga dinamakan Al-Khudhari ini dinisbahkan kepada Al-Khudhariyah, yaitu nama sebuah tempat di Baghdad. Dan beliau terkenal dengan nama As-Suyuthi, dinisbahkan kepada As-Suyuthi, yaitu sebuah tempat asal dan tempat hidup seluruh leluhur serta ayah beliau, sebelum berpindah ke Kairo.
Beliau dilahirkan di Kairo pada tanggal 1 Rajab 849 H. Ayahnya mendidiknya dengan menghafal Al-Qur’an, dan wafat saat As-Suyuthi masih berumur lima tahun. Ketika ayah beliau meninggal dunia, beliau menghafal Al-Qur’an sampai surat At-Tahrim.
Beliau telah menghafal Al-Qur’an seluruhnya pada usia kurang dari delapan tahun. Hal itu menunjukkan kemampuannya dalam hafalan, yang selanjutnya menguatkan beliau untuk menghafal sebanyak 200.000 (dua ratus ribu) hadits, sebagaimana dinyatakan dalam kitabnya Tadribur Rawi.
As-Suyuthi belajar fiqh pada seorang Syaikh yang hidup pada masa itu, yaitu Ilmuddin Al-Bulqini dan beliau tetap belajar padanya hingga sang guru wafat.
Semasa hidup Al-Bulqini, beliau telah mengarang sebuah kitab yang berjudul “Syarh Al-Isti’adzah Wa Al-Basmalah”. Kemudian kitab tersebut, diperiksa oleh gurunya, Al-Bulqini, memujinya serta memberi kata pengantar pada kitab itu. Kemudian As-Suyuthi melanjutkan studinya dalam ilmu fiqh Asy-Syafi’i pada putra gurunya (Al-Bulqini). Dari guru baru inilah beliau banyak mempelajari beberapa kitab fiqh madzhab Syafi’i. Setelah itu, beliau terus melanjutkan pada Asy-Syaraf Al-Manawi.
Dan beliau belajar pada Al-Imam Taqiyuddin as-Subki Al-Hanafi selama empat tahun, selain itu beliau juga mempelajari darinya hadis dan bahasa.
Selama empat tahun pula, beliau belajar Ilmu Ushul dan Tafsir dari seorang pakar ilmu tersebut, yaitu al-Kaafiji. Beliau juga mengadakan sejumlah rihlah (lawatan keilmuan), dimana beliau berkunjung ke Yaman, Maroko dan India.
Beliau juga menyibukkan diri untuk memberi fatwa, mengajar fiqh, hadits, nahwu (ilmu tata bahasa Arab) dan bidang-bidang ilmu lainnya.
Pada usia empat puluh tahun, beliau berhenti memberikan fatwa dan mengasingkan diri di rumah untuk sepenuhnya mengarang. Pekerjaan itu tetap ditekuninya hingga tiba ajalnya. Beliau wafat hari Jum’at pagi tanggal 19 Jumadil Ula 911 H, dan dikuburkan di Qushun.
Tak diragukan lagi, bahwa karya-karya As-Suyuthi terdengar dan tersebar di mana-mana, beraneka ragam ilmu agama yang ditulisnya. Beliau mempunyai andil besar dalam ilmu hadis, Fiqh, Al-Qur’an. Ushul, bahasa dan sejarah.
Dalam setiap karya tulisnya, tercermin karakteristik As-Suyuthi. Adapun jumlah karya tulis beliau mencapai sekitar 600 (enam ratus) buku. Dan cukup kiranya kami sebutkan sebagian, antara lain sebagai berikut :
Al-ltqan fi ‘Ulumil Qur’an, Is’aful mubtha’ fi Rijalil Mutha’, Asmaa-ul Mudallisin, Al-Iklil fi Istimbaath At-Tanzil, Tanasuqud durari fi Tanasubis Suari, Al-Amru Bil Ittiba’ Wan Nahyu ‘Anil Ibtida dan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar