Cari Blog Ini

Jumat, 18 Maret 2011

makalah keluarga

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam hidup berbangsa dan bernegara, kita sebagai warga Negara harus mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pengertian tentang individu, keluarga, dan masyarakat yang sering kita katakan dalam keseharian kita, tetapi bagaimana kalau kita sebagai warganya tidak mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan itu semua serta menyangkut dengan problematikanya yang harus dihadapi oleh setiap individu, keluarga ataupun masyarakat. Tentu saja kita tidak dapat menamai diri kita statusnya sebagai apa, apa hanya sebagai individu, sudah berkeluarga ataupun sudah tentu hidup dalam lingkup masyarakat sekitar kita. Dan juga terpenting yaitu pengaruh individu pada lingkungan sekitar, pengaruh keluarga pada anggota keluarganya beserta fungsi-fungsinya ataupun bentuk-bentuk dan tingkatan-tingkatan dalam masyarakat. Selama seorang individu masih mempunyai hari esok, maka untuk dapat mengantisipasikan sikap dan pilihan-pilihan tindakannya, dipandang perlu sekali menelusuri posisinya yang diambilnya dalam usahanya memahami dirinya, orang lain, waktu, tempat dan dalam mengambil alternatif untuk hari esoknya. Dalam hal ini kita bisa melihat manusia sebagai individu yang menyadari dirinya berada dalam keluarganya, yang sekaligus merupakan jembatan timbang untuk tampil dalam lingkungan yang lebih besar dan lebih kompleks, yakni masyarakat. Oleh karena itu, kami sebagai pemakalah akan membahas masalah ini dengan tujuan agar kita dapat memahami, mengerti serta menelaah lebih jauh tentang materi yang akan kami bahas secara mendalam, untuk nantinya kita bersama-sama mengerti makna yang terkandung dalam bab “ Individu, Keluarga, dan Masyarakat”. Maka dari itu, kita akan mengkaji pengertian atau aspek-aspek lain yang berhubungan dengan bab yang telah disebut diatas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian tentang “Individu, Keluarga, dan Masyarakat ?
2. Bagaimana dimensi segi fisik dengan segi psikis dalam Individu ?
3. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap Individu ?
4. Apa saja pengaruh, elemen pembentukan, serta fungsi dari Keluarga ?
5. Bagaimana bentuk-bentuk dan tingkatan-tingkatan dalam Masyarakat ?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “IAD, ISD, IBD
2. Mengetahui arti atau makna dari “ Individu, Keluarga, dan Masyarakat
3. Memahami dimensi segi fisik dan psikis Individu
4. Memahami pengaruh lingkungan sekitar Individu
5. Mengetahui pengaruh, elemen pembentukan keluarga dan fungsi-fungsinya
6. Mengetahui bentuk-bentuk ataupun tingkatan-tingkatan Masyarakat


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Individu, Keluarga, dan Masyarakat

“ Individu” berasal dari kata latin, “individuum” artinya “ yang tak terbagi “. Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam ilmu sosial padam individu menyangkut tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Dalam ilmu sosial, individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa, yang tak seberapa mempengaruhi kehidupan manusia. Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan, bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya dengan perkembangan individu, sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Ada beberapa pandangan atau anggapan mengenai keluarga. Menurut Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Bahwa perkawinan itu menurut beliau adalah berdasarkan pada libido seksualis. Dengan demikian keluarga merupakan manifestasi dari pada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami istri. Durkheim berpendapat bahwa keluarga lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor politik, ekonomi dan lingkungan. Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa kelaurga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.
Masyarakat menurut Drs. JBAF Mayor Polak menyebut masyarakat (Society) adalah wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas benyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik atau sub kelompok. Kemudian pendapat dari Prof. M.M. Djojodiguno tentang masyarakat adalah suatu kebulatan daripada segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia. Akhirnya Hasan Sadily berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu keadaan badan atau kumpulan manusia yang hidup bersama. Di beberapa pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwasannya Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memilki tatanan kehidupan, norma-norma, adapt-istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.

B. Dimensi Segi Fisik dan Segi Psikis dalam individu

a. Segi Fisik

Kehadiran seseorang atau individu dalam kelompok keluarga maupun kelompok masyarakat ditandai dengan wujud fisiknya. Wujud fisik sebagai bagian dari alam selalu tunduk pada alam. Wujud fisik ini tersusun dan mempunyai struktur fisika, seperti mempunyai berat, volume, dan sifat fisika lainnya. Namun, makhluk hidup mempunyai ciri sendiri dan selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Faktor-faktor ini biasanya disebut faktor kelangsungan hidup.
Tahap perkembangan biologis / fisik manusia itu menurut beberapa pendapat adalah sebagai berikut : (Siswanto,1988)
a. Pendapat Aristoteles :
Perkembangan fisik manusia menurut Aristoteles terjadi pada setiap masa tujuh tahun, artinya setiap kelipatan tujuh terjadi perubahan.
Tahap I : 0 th – 7 th : masa anak kecil atau masa bermain.
Tahap II : 7 th – 14 th : masa anak, masa remaja atau masa sekolah rendah.
Tahap III : 14 th- 21 th : masa remaja, atau pubertas masa peralihan dari anak menjadi
dewasa.

b. Pendapat Kretschman :
Kretschman mengemukakan 4 tahap perkembangan yang terjadi pada fisik manusia.
Tahap I : Fullung periode 1, anak kelihatan pendek dan gemuk.
Tahap II : Strecking periode I, anak kelihatan langsing.
Tahap III : Fullung periode II, anak kelihatan pendek dan gemuk kembali.
Tahap IV : Strecking periode II, anak kelihatan langsing



c. Pendapat Sigmund Freud :
Freud mengemukakan 6 tahap perkembangan yang terjadi pada fisik manusia antara lain :
Fase oral 1 : 0 th- 1 th : mulut merupakan aktivitas dinamik
Fase anak : 3 th- 5 th : dorongan dan tekanan terpusat pada pembuangan
kotoran.
Fase laten : 5 th-12 th/13 th : implus cenderung untuk ada dalam menyerap.
Fase Pubertas : 12/13 th – 20 th : implus menonjol kembali.

Faktor – faktor penunjang kehidupan manusia antara lain :
Pangan : terdiri atas zat/sumber tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
Sandang : sebagai alat adaptasi terhadap kondisi alam (iklim) yang berlainan.
Papan : usaha berlindung dari ancaman alam yang tidak bersahabat.

b. Segi Psikis

Wujud individu tidak pernah lepas dari wujud psikisnya. Wujud psikis ini bersama-sama membentuk individu. Fungsi psikis sangat berpengaruh terhadap gerak dan tingkah laku fisik, dalam arti tingkah laku dan perbuatan individu merupakan refleksi psikisnya, sedangkan tingkah laku fisik berpengaruh pada fungsi psikis. Tenaga kejiwaan yang sangat menonjol oleh Sigmund Freud disebut dengan libido seksualis. Libido seksualis ini merupakan naluri tunggal dan merupakan sumber dari semua tingkah laku dan perbuatan manusia. Libido seksualis sebagai sumber perbuatan dan tingkah laku manusia melahirkan dorongan, yaitu dorongan untuk hidup dan dorongan untuk mati. Dorongan untuk hidup menyebabkan terjadinya tindakan distruktif.
Menurut Ahmad D. Marimba (1980), tenaga kejiwaan berupa karsa, cipta, dan rasa. Karsa, meliputi kemampuan yang merupakan sumber dorongan (kekuatan) dari suatu kegiatan. Rasa, meliputi kemampuan yang memberi sifat pada kegiatan berupa keharusan, kesenangan, ketidaksenangan dan lain-lain. Cipta, merupakan kemampuan yang dapat menciptakan sesuatu dan memecahkan persoalan-persoalan, dapat mencari jalan tepat untuk sesuatu kegiatan.



C. Pengaruh Lingkungan terhadap individu

Individu sebagai bagian dari alamnya hidup bersama lingkungan alamnya, baik lingkungan material maupun lingkungan sosial. Kondisi alam yang berubah,seperti perubahan geografis, ekosistem, cuaca, maupun perubahan yang terjadi pada masyarakat secara langsung ataupun tidak menyebabkan perubahan pada individu, karena setiap individu harus beradaptasikan dengan lingkungannya. Banyak sekali pengaruh dari luar yang menyebabkan terjadinya perubahan pada individu, seperti latihan dan pendidikan, baik bersifat formal, nonformal, maupun informal. Pembentukan di sini dapat berarti perubahan sikap maupun kondisi fisik dan psikis dari sikap kurang reponsif terhadap berbagai keadaan menjadi individu responsif terhadap berbagai keadaan yang dihadapi. Pembentukan individu yang melalui pengaruh lingkungan masuk ke dalam individu ketika ia masih dalam kandungannya dengan berbagai tindakan. Untuk menjadi pribadi ini, individu dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia berada. Lingkungan di sini hendaklah diartikan sebagai lingkungan fisik dan lingkungan pshikis. Dalam hubungan dengan lingkungan ini kita nanti akan melihat apakah individu tersebut menyesuaikan dirinya secara alloplastis, yaitu individu disini secara aktif mempengaruhi dan bahkan sering mengubah lingkungannya. Atau sebaliknya individu menyesuaikan diri secara pasif (autoplatis), yaitu lingkungan yang akan membentuk kepribadian individu. Dalam proses alloplatis akan sering dijumpai gejala-gejala kearah destruktif. Karena individu akan tampil sebagai “ agent of change” ia membawa bersamanya nilai-nilai baru, vitalitas dan semangat baru dalam hubungan dengan lingkungannya.
Faktor lingkungan yang sangat mendukung dan menolong kehidupan jasmani dan rohani menyebabkan individu dapat berkembang. Banyak ahli yang menyatakan bahwa individu tidak mempunyai arti apa-apa tanpa adanya lingkungan yang mempengaruhinya (Sanipal Faisal,1987). Keluarga, sebagai lingkungan sosial pertama yang secara aktif mempengaruhi individu, mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan individu. Bagi individu yang belum dapat berdiri sendiri, ketergantungannya banyak bertumpu pada kelompok ini. Pada keluarga, ketergantungan individu tidak dapat dikaitkan dengan hal dan kewajiban. Kalau orang tua memberikan bimbingan, kasih sayang, dan makanan kepada anaknya, hal itu bukan merupakan pemberian yang didasari jumlah kewajiban yang telah dilakukan anaknya. Artinya, pemberian orang tua itu bukan merupakan upah karena anaknya telah melakukan tugas-tugas yang diwajibkan oleh orang tua.

D. Pengaruh Keluarga terhadap Anggota-anggotanya

Keluarga sebagai persekutuan dan tempat individu bernaung dalamnya menjunjung tinggi prinsip kesatuan dan keutuhan untuk mencapai cita-cita dan tujuan bersama., karakteristik keluarga dapat diidentifisikan dengan hal-hal berikut (Dewi Sulistya, 1986):

a. Keluarga terdiri atas orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah, atau adopsi.
b. Para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah, dan mereka
membentuk satu rumah tangga (house hold).
c. Keluarga merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi.
d. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama, yang sebagian besar berasal dari kebudayaan umum.
Menurut Abu Ahmadi (1982), ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap keluarga:
a. Status sosial ekonomi keluarga
b. Faktor keutuhan keluarga
c. Sikap dan kebiasaan Orang Tua
Di samping itu, perlu adanya kepatuhan setiap keluarga terhadap norma yang diterapkan dalam keluarga. Adanya kepatuhan ini mencerminkan tingkat penerimaan anggota keluarga terhadap pengaruh keluarga, kepatuhan itu merupakan sarana suatu hal yang sudah dianggap sudah semestinya dan kebanyakan dikuasai oleh kebiasaan. (P.J. Bouman,76)

E. Perkawinan sebagai Elemen Pembentukan Keluarga

Dari segi hukum, perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan 1974)
Ahli sosiologi memandang perkawinan sebagai persatuan antarsatu orang pria atau lebih dengan seorang wanita atau lebih yang diberi kekuatan sanksi sosial, dalam suatu hubungan suami istri. (Dewi Sulistyo, 1986)
Perkawinan sebagai upaya dasar untuk pembentukan keluarga dimulai sejak pemilihan jodoh, agar pihak pria dan wanita sebagai calon suami istri dipilih orang-orang yang dapat memegang peran masing-masing dan menempati fungsinya, kewajiban dan tanggung jawab menurut bentuk keluarga yang dicita-citakan. Oleh karena itu, pemilihan jodoh difokuskan pada pemilihan orang yang dapat bekerja dan hidup bersama untuk mencapai tujuan bersama atas dasar saling pengertian. Dengan adanya perkawinan, akan lahir keturunan yang sah dan mendapat pengakuan dari masyarakat keturunan ini secara fisik dan hukum merupakan bagian dari keluarga yang sah.

F. Fungsi-fungsi Keluarga

Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan didalam atau oleh keluarga itu. Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat digolongkan/ dirinci kedalam beberapa fungsi, yaitu :
a) Fungsi Biologis
b) Fungsi Pemeliharaan
c) Fungsi Ekonomi
d) Fungsi Keagamaan
e) Fungsi Sosial
Menurut William F. Ogburn, sebagaimana yang dikutip (Dwi Sulisyo, 1986) fungsi keluarga secara luas dapat berupa :
a) Fungsi Pelindung
b) Fungsi Ekonomi
c) Fungsi Pendidikan
d) Fungsi Rekreasi
e) Fungsi Agama
Merstedt mengemukakan fungsi keluarga yaitu :
a) mengatur dan menguasai impuls-impuls
b) membantu
c) menegakkan antarbudaya
d) mewujudkan status

G. Bentuk-bentuk Masyarakat dan Tingkatan-tingkatannya

Atas dasar ketergantungan seorang kepada orang lain dan untuk mencari tujuan bersama, setiap orang bekerja sama dengan orang lain. Hubungan yang terjalin antarbeberapa orang ini kemudian melahirkan kelompok orang atau masyarakat yang terjalin dalam satu ikatan. Perbedaan prinsip, nilai, kepentingan tujuan antarkelompok masyarakat melahirkan bermacam-macam bentuk masyarakat. Dari segi pengelompokannya, masyarakat terbagi atas masyarakat paguyuban (gemein schaft) dan masyarakat patembayan (gesel schaft).

1. Masyarakat Paguyuban (Gemein schaft)
Masyarakat paguyuban dapat diartikan sebagai persekutuan hidup P.J. Bouman (1976) lebih lanjut mengemukakan arti masyarakat paguyuban ini sebagai sesuatu persekutuan manusia yang diseratai perasaan setia kawan dan keadaan kolektif yang besar.
Ciri masyarakat paguyuban ini dapat dilihat dari adanya ketaatan, kesetiaan, dan kerelaan berkorban sebagaimana tang terdapat pada keluarga. Untuk mencapai tujuan mereka bersama masing-masing anggotanya rela berkorban untuk kepentingan bersama menurut kapasitas dan kemampuan masing-masing sehingga keterkaitan antar keluarga menjadi sangat erat.
Hal ini membuktikan bahwa keterpisahan dalam kelompoknya sangat tidak disenanginya. Dengan demikian, individu sebagai bagian unsur dari kelompoknya, merupakan unsur cirri yang vital. Ciri-ciri masyarakat paguyuban ini diantaranya :
a. Rela berkorban untuk kepentingan bersama.
b. Pemenuhann hak tidak selalu dikaitkan dengan kapasitas pemenuhan kewajibannya.
c. Solidaritas yang sangat kokoh dan bersifat permanent.
d.
2. Masyarakat patembayan (Gessel Schaft)
Bila dibandingkan dengan masyarakat paguyuban, masyarakat patembayan mempunyai pertalian yang lebih renggang. Keterkaitan mereka hanya diletakkan pada dasar untuk mencapai tujuan bersama. Hak seseorang diberikan dengan memperhitungkan pemenuhan kewajibannya yang duberikan kepada organisasi sehingga sifat keakuan tiap individu pada masyarakat patembayan ini masih sangat menonjol, bahkan tidak jarang tiap individu masih membawa missi dan kepentingan sendiri.
Ciri masyarakat ini diantaranya:
a. Pemenuhan hak seseorang didasarkan pada pemenuhan kewajiban.
b. Solidaritas antara anggota tidak terlalu kuat dan hanya bersifat sementara.
Dengan bentuk masyarakat asal ditinjau dan keterkaitannya antara satu dan anggota lainnya.

Ditinjau dari akibat perubahan dan perkembangan yang terjadi, bentuk masyarakat dapat dikelasifikasikan pada masyarakat tradisional dan masyarakat moderen.

1. Masyarakat tradisinal
Masyarakat sebagai bentuk dari kehidupan bersama, mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan lingkungan hidupnya, baik yang berupa manusia maupun yang berupa benda. Hal ini dapat dimengerti bahwa kehidupan masyarakat tradisional sangat tergantung pada manusia lain dan kondisi alamnya. Mata pencahariannya berpusat pada sektor pertanaian dan nelayan.
Kebutuhan sandang, pangan, dan papan dipenuhi dari alam sekitarnya. Kesadaran tekhnologi yang dipergunakan oleh petani dan nelayan menyebabkan ia sangat bergantung pada kondisi alam. Oleh karena itu, perladangan berpindah-berpindah dengan menebangi hutan merupakan salah satu ciri dari masyarakat tradisional. Modal yang paling menonjol pada mereka adalah pemilihan tanah sehingga pada masyarakat tradisional banyak tumbuh tuan tanah yang mempunyai pertanian dan perkebunan. Akibat pengusaan lahan pertanian dan perkebunan oleh tuan tuan yang jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan masyarakat umum, lahirlah elite masyarakat yang bersistem feodal. Bagian besar dari masyarakat yang tidak mempunyai tanah harus menggantungkan penghidupannya pada tuan-tuan tanah (feodalis) sebagai buruh sehingga timbul dominasai kaum feodal terhadap kaum buruh. Kaum feodal yang menjadi tempat bergantung masyarakat banyak, dengan sendirinya menempatkan dirinya sebagai pemimpin atau tokoh masyarakat. Karena dominasinya pula, kepemimpiannya lebih bercocok pimpinan otokritas sedangkan kaum buruh hanya bersifat pasrah (bahasa jawa nrimo) atas kebijakan para penguasa.
Dalam kehidupan yang serba sederhana ini, pekerjaan-pekerjaan seperti bertani, mendirikan rumah, dan sebagainya dikerjakan bersama. Keadaan ini membentuk sikap dan hubungan yang sangat erat antarindividu. Oleh karena itu, gotong royong atau tolong menolong marupakan ciri lain dari masyarakat tradisional.




2. Masyarakat Modern
Masyarakat modern merupakan pola perubahan dari masyarakat tradisional yang telah mengalami kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu ukuran kemajuan dapat terlihat pada pola hidup dan kehidupannya. Di bidang mata pencaharian, mereka tidak bergantung pada sektor pertanian semata, tetapi merambat pada sektor lain seperti jasa dan perdagangan.
Apabila masyarakat tradisional sangat bergantung pada kemurahan alam semata seperti cuaca, kesuburan tanah dan lain-lain, pada masyarakat modern masalah cuaca atau kesuburan tanah yang tidak menguntungkan dapat diantisipasi sedemikian rupa dengan mempergunakan teknologi, seperti teknologi pemupukan untuk mendapat kesuburan tanah atau green house (rumah kaca) untuk menghindari cuaca yang berubah-ubah, atau dengan hujan buatan untuk menghindari kekeringan dan sebagainya.
Untuk mempergunakan teknologi yang tepat dalam berbagai keadaan, dipilih tenaga ahli dan terampil dalam bidang tertentu karena penggunaan suatu teknologi menuntut dan memerlukan tenaga manusia dengan kualifikasi tertentu pula. Untuk itu diperlukan pendidikan khusus guna menyiapkan tenaga ahli yang terampil untuk berbagai keperluan.
Mereka yang tidak dapat aktif dalam sektor pertanian misalnya, dapat memilih bidang perdagangan atau jasa sebagai ladang tempat mata pencahariannya. Seseorang yang telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan tertentu dapat mempergunakan pengetahuan dan keterampilan tersebut untuk kepentingan orang lain, seperti melaksanakan jasa kesehatan, konsultan, advokat, perbankan dan sebagainya. Jadi, gerakan-gerakan ekonomi pada masyarakat modern telah bergeser pada bidang-bidang yang belum dijamah masyarakat tradisional.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat.Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memilki tatanan kehidupan, norma-norma, adapt-istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
2) Wujud Fisik di tandai dengan Kehadiran seseorang atau individu dalam kelompok keluarga maupun kelompok masyarakat Wujud fisik sebagai bagian dari alam selalu tunduk pada alam. Sedangkan wujud psikis membentuk individu. Fungsi ini sangat berpengaruh terhadap gerak dan tingkah laku fisik, dalam arti tingkah laku dan perbuatan individu merupakan refleksi psikisnya, sedangkan tingkah laku fisik berpengaruh pada fungsi psikis.
3) Pengaruh lingkungan pada individu menyebabkan terjadinya perubahan pada dirinya dan pembentukannya yang melalui pengaruh lingkungan masuk ke dalam individu ketika ia masih dalam kandungan. Faktor lingkungan juga mempengaruhi jasmani dan rohaninya.
4) Keluarga mempunyai peranan penting kepada anggotanya sebagai sarana berinteraksi yang dilakukan pada tiap anggota.
5) Perkawinan sebagai jalan satunya-satunya untuk membentuk suatu keluarga
6) Fungsi keluarga secara umum adalah : Faktor Biologis, Faktor Pemeliharaan, Faktor Ekonomi, Faktor Keagamaan, dan Faktor Sosial
7) Dari segi pengelompokan masyarakat terbagi atas dua bagian, yakni Masyarakat Paguyuban dan masyarakat Patembayan. Sedangkan tingkatan-tingakatannya yang ditinjau dari perubahan dan perkembangan yang terjadi terbagi atas dua bagian juga, yakni Masyarakat Tradisional dan Masyarakat Modern.



B. Saran

Kami menyarankan agar pembahasan yang ada dalam makalah ini di jadikan oleh para mahasiswa sebagai awal atau mukadimah untuk memahami dan mengkaji lebih jauh tentang tema yang terkait. Adapun yang tepenting adalah bagaimana mahasiswa menindaklanjuti tentang pembahasan-pembahasan yang telah di uraikan dalam makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Mawardi, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2009

Ahmadi Abu Drs. H, Ilmu Sosial Dasar , PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1991
Riwu Kaho Josef, Ilmu Sosial Dasar, Usaha Nasional, Surabaya, 1986

Tidak ada komentar:

Posting Komentar