MAKALAH
MEWUJUDKAN
KEPEMIMPINAN SUKSES BERBASIK TASAWUF
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen:
Dr. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.M
Oleh:
Ahmad Fiqih
Ahsani Zaim (D31210103)
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2011
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dn karunia-Nya yang telah di
limpahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “Mewujudkan
Kepemimpinan Sukses Berbasis Tasawuf” ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Akhlak Tasawuf”.
Penyusunan makalah ini berdasarkan
kemempuan dan keadaan yang ada, sehingga menyebabkan keterbatasan dalam
penyusunanya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kali mendatang. Dan
semoga makalah ini bisa berguna bagi penulis khususnya dan para pembaca
umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................................. ii
BAB
I : PENDAHULUAN...................................................................................
1
A.
Latar Belakang Masalah.........................................................................
1
B. Rumusan
Masalah...................................................................................
1
BAB
II : PEMBAHASAN......................................................................................
2
A.
Pengaruh
Dunia Modern Terhadap Spiritualitas...................................... 2
B.
Tasawuf
dalam Kehidupan Modern.........................................................
3
C.
Hubungan
Spiritualitas dengan Kesuksesan
Kepemimpinan.................. 9
BAB
III : PENUTUP................................................................................................
11
A.
Kesimpulan...............................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini yang di cari manusia dalam
kehidupan ini adalah kebahagiaan dunia dan akhirat. Tetapi bagaimana kedua
kebahagiaan itu dapat dicapai tampa harus mematikan yang satu untuk mendapatkan
yang lain, tapi dapat dicapai secara selaras dan secara bersama.
Mereka butuh bantuan dan kekuatan yang ada di luar
dirinya, yaitu bantuan dari Tuhan dan mengembangkan kehidupan mereka dengan
berakhlak tasawuf.
Sufisme sangat penting di kembangkan di masyarakat,
karena turut serta terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan kemanusiaan
dari kondisi kebingungan akibat hilangnya nilai – nilai spiritual,
memperkenalkan pemahaman tentang aspek kebatinan Islam, baik terhadap
masyarakat Islam yang mulai melupakannya maupun non Islam, khususnya terhadap
masyarakat Barat, selanjutnya untuk memberikan penegasan kembali bahwa
sesungguhnya aspek esoteris Islam yakni sufisme, adalah jantung ajaran Islam,
sehingga bila wilayah ini kering dan tidak berdenyut, maka keringlah aspek –
aspek lainajaran Islam.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
pengaruh dunia modern terhadap spiritualitas?
2.
Apakah
perlunya Tasawuf dalam kehidupan modern?
3.
Bagaimana
hubungan spiritualitas dengan kesuksesan kepemimpinan?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengaruh
Dunia Modern Terhadap Spiritualitas
Kemajuan dunia ini ternyata telah menciptakan
manusia-manusia baru yaitu manusia modern.Kehidupan modern antara lain ditandai
oleh adanya spesialisasi dibidang ilmu pengetahuan.Masing-masing pengetahuan
mempunyai paradigma yang berbeda bahkan terkadang saling bertolak belakang.Hal
ini yang menyebabkan manusia modern saat ini semakin bingung dalam menjalani
hidup.[1]
Dunia modern
juga telah mengantarkan manusia yang krisis spiritual.Nasr mengungkapkan bahwa
Krisis spiritual ini terjadi sebagai akibat dari pengaruh sekulerisasi yang telah cukup lama
menerpa jiwa-jiwa manusia modern.Pengaruh pandangan dunia modern dalam berbagai
bentuknya- naturalism, materialism, positivme. Pengaruh sains yang besar dalam
kehidupan modern,dengan sengaja atau tidak,telah menyebarkan pandangan sekuler
sampai kelubuk jantung dan hati manusa modern.[2]
Pandangan
sekulerisme,hanyalah mementingkan kehidupan duniawi saja dan mengesampingkan
manusia modern dari aspek spiritualitas.[3]Akibatnya
mereka melupakan kaidah-kaidah agama
hanya untuk kepentingan dunia.Kondisi seperti ini menyebabkan manusia
modern kehilangan arah hidup dan hilangnya ingatan dirinya tentang pencinta
yaitu Tuhan.[4]
Menurut para sufi,Manusia modern hanya mementingkan aspek dari dirinya
saja,padahal mereka juga memeliki dimensi spiritual, maka hal ini yang
menyebabkan kegoncangan jiwa,mereka hanya membersihkan tubuh mereka semata,dan
lupa untuk membersihkan jiwa-jiwa mereka maka tak heran jika manusia modern
banyak mengalami depresi.[5]
Selain itu
kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering
nilai-nilai spiritual.[6]
Ironisnya hal seperti ini juga terjadi pada seorang pemimpin yang ada di Negara
ini.Pemimpin yang materialis,sekuleris yang hanya memikirkan kepentingan dunia.
Semestinya adalah ilmu-ilmu tersebut menjadi kesatuan dengan ajaran agama dari Tuhan,sehingga seluruh
ilmu pengetahuan dapat diarahkan pada tujuan kemuliaan manusia,mengabdikan
dirinya kepada Tuhan,berakhlak mulia dan seterusnya terlebih terhadap jiwa para
pemimpin.
B.
Tasawuf
dalam Kehidupan Modern
Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi
berbagai masalah yang terjadi didunia modern.Menurut Hussein nasr seorang tokoh
tasawuf elah mengemukakan pendapat bahwa ajaran sufisme telah mendapat tempat
dikalangan masyarakat (termasuk masyarakat Barat,karena mereka mulai merasakan
kekeringan batin.Bagi masyarakat Barat masih sangat asing kalau Islam sebagai
agama yang kaya obat rohani.[7] Maka muncul pertanyaan,dapatkah tasawuf
member petunjuk arah bagi manusia modern yang telah mengalami krisis spiritual?[8]
Ajaran tasawuf
sebenarnya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.[9]
ketika manusia modern telah kehilangan identitas dirinya,maka tasawuf dapat
memberikan pengertian yang lebih komprehensif tentang siapa manusia itu sesungguhnya.dari
ajaran para sufi,kita dapat mengambil pelajaran bahwa manusia itu bukan hanya
makhluk fisik tetapi juga makhluk spiritual,yang memiliki asal-usul
spiritualnya adalah Tuhan.Dengan menyadari betapa manusia juga sebagai makhluk
spiritual selain makhluk fisik maka kita akan lebih bijak dan mendapatkan
keseimbangan dalam kehidupan.[10]
Kemampuan berhubungan
dengan Tuhan dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan yang Nampak berserakan
itu.Karena melalui tasawuf,orang akan disadarkan bahwa segala sumber yang ada
ini adalah berasal dari Tuhan.[11]
Dengan adanya tasawuf maka ilmu pengetahuan tidak akan bertabrakan,karena ia
berada dalam satu jalan dan satu tujuan.Dan disisi lain perasaan beragama yang
didukung oleh Ilmu pengetahuan itu juga akan semakin mantap.[12]
Selanjutnya tasawuf juga melatih manusia agar memiliki
ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti.Sikap seperti ini kemudian
menjadikan seseorang selalu mengutamakan pertimbangkan kemanusiaan pada setiap
masalah yang dihadapi.Sehingga manusia akan terhindar dari melakukan
perbuatan-perbuatan yang tercela menurut agama.[13]
Neo-Sufisme menurut
Fazlurrahman di pelopori oleh tokoh Salaf, Ibnu Taimiyah. Meskipun ia menentang
berbagai praktek sufi, terutama kultus individu, Ibn Taimiyah justru mengadopsi
metode yang mereka gunakan. Ia meniru cara – cara kaum sufi dalam menjalin
komunikasi yang akrab dengan Allah.[14]
Sebagai ahli hukum
Islam, ia berusaha menyumbangkan syari’at dan Tasawwuf. Adapun caranya ialah,
berbagai ragam pengalaman sufistik ia uji dengan pengalaman empirik. Perilaku
eksternal sufi dikonfrontasikan dan di uji dengan merujuk pada aspek lahiriyah
ajaran Islam.[15]
Konsep – konsep yang
berlaku dalam tasawwuf tidak di terjemahkan secara eksklusif dengan validitas
tak terbatas.
Neo-Sufisme mengacu
pada kehidupan Nabi SAW secara utuh. Tidak ada dikotomi antara syari’at dan
tasawwuf karena Muhammad Sang Nabi teladan mampu menggabungkan keduanya dalam
satu perilaku dan cermin kehidupan. Tidak ada dikotomi antara filsafat dan
Tasawwuf karena Nabi membangun pola kehidupan yang merangkum keduanya.[16]
Neo-Sufisme berarti
paham tasawwuf baru, atau menurut istilah Fazlurrahman, tasawwuf yang di
perbarui oleh Fazlurrahman untuk menyebut paham tasawwuf para ahli hadits yang
puritan, terutama Tasawwuf Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnu Al Qayum Al
Jauziyah (Islam 284-285).
Neo-Sufisme menurut
Fazlurrahman memiliki beberapa ciri yang membedakan dengan tasawwuf populer:
1.
Neo-Sufisme memberikan penghargaan
positif pada dunia untuk itu seorang sufi, menurut paham ini tidak harus
miskin, bahkan boleh kaya. Kesalehan, menurut paham ini bukan dengan menolak
harta dan kekayaan tetapi mempergunakannya sesuai petunjuk Allah dan sunah
Rosul.
2.
Neo-Sufisme menekankan kesucian moral
dan akhlakul karimah sebagai upaya memperkuat iman dan taqwa. Peningkatan moral
di sini bukan hanya moral individu yang asocial, melainkan juga moral
masyarakat. Untuk itu Neo-Sufisme menolak konsep ‘uzlan, pengasingan diri dari
keramaian. Tasawwuf menurut paham ini bukan pelarian, tetapi justru sikap yang
memberikan perhatian dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat.
3.
Dalam Neo-Sufisme terhadap aktifitas dan
dinamika, baik dalam berfikir maupun dalam bertindak. Dalam bidang intlektual,
penganut Neo-Sufisme bersifat sangat terbuka dan inklusifistik. Mereka dapat
menerima semua khasanah intlektual Islam sejauh dapat dipertemukan dengan
Al-Qur’an dan As-Sunnah.Sementara dalam kemasyarakatan, mereka terlibat secara
aktif dalam rekayasa sosial moral masyarakat dengan melakukan amar ma’ruf dan
nahi munkar.
Neo-Sufisme dengan
mengasingkan diri (uzlah), melainkan tetap aktif melibatkan diri dalam
masyarakat.[17]
Sesungguhnya pd abad
XIX orang – orang yang suka mengkaji Tasawwuf mendapatkan ejekan dari pengikut
Voltaire dan pendukung Reinan. Pengaruh dari ke dua orang ini sangat kuat,
hingga orang – orang baik di wilayah Timur maupun Barat meninggalkan bidang
Tasawwuf. Lalu menyukai ilmu yang baru. Mereka beranggapan bahwa hal itu akan
menyelesaikan semua masalah di alam semesta ini dan lingkungan di balik alam semesta.
Akan tetapi saat ini manusia memperhatikan pengkajian Tasawwuf.
Guru besar ‘Abbas
Mahmud Al-‘Aqqad lah yang menafsirkan apa hal yang mengubah kecenderungan
mereka. Alasan yang mengubah kecenderungan akal manusia pada abad XIX tersebut
adalah ilmu pengetahuan itu sendiri karena ia mengetahui batasan – batasannya
dan menjauhi kesesatannya.
Saat itu dy menda’wakan
sesuatu yang sesuai dengan isi hatinya, beliau mengatakan bahwa ia tidak ingin
mengatakan bahwa ilmu pengetahuan telah gagal menghibur manusia dan memenuhi
sanubarinya. Yang di maksudkan bahwa ilmu pengetahuan telah gagal yaitu karena
para pengikut – pengikutnya menamakannya dengan ilmu meterialis (kebendaaan).
Ilmu pengetahuan tidaklah mengetahui materi itu, kecuali bahwa ilmu pengetahuan
adalah suatu gerakan yang tidak di kenal di angkasa yang penuh misteri.
Setiap benda dari atom
– atom, dan setiap atom terbelah menjadi sinar – sinar dan setiap sinar adalah
gerakan dalam al-atsir (zat yang sangat halus). Al-Atsir adalah sesuatu yang
berwujud tapi seperti tidak berwujud, tidak terbatas, tidak mempunyai sifat,
serta tiada ukuran yang dapat diketahui oleh para ilmuan.
Ilmu material tidak
mengenal materi, kecuali dalam batas – batas ini. Jika demikian, adalah santun
bila manusia banyak bertawadhu (merendah), hingga ia tidak memonopoli ma’rifat
dan tidak mengingkari orang lain bila mereka mengusahakannya menurut kemampuan
mereka. Inilah sesuatu yang baru pada ilmu modern yang sesungguhnya tidak
mengetahui segala sesuatu karena terikat oleh indera – indera.
Apabila indera – indera
tidak dapat mengetahui segala sesuatu, maka akal tidak dapat mengetahuinya,
karena sesungguhnya akal itu terbatas seperti segala sesuatunya dalam diri
manusia. Oleh karena itu pengetahuan harus mengetahui cara lain di samping alat
– alat perasaan (indera-indera) dan fikiran.
Pikiran harus memiliki
mata hati atau ilham. Itulah bidang Tasawwuf atau bidang agama dan inilah
ma’rifat yang untuk mencapainya terjalin kerjasamaantara perasaan, pikiran,
serta ilham.
Sikap sufistik itu
dapat bersifat positif dan bisa pula bersifat negative. Sifat sufistik positif
ialah sikap sufistik yang bersikap positif terhadap kehidupan dunia. Misalnya
kepercayaan kepada takdir di sertai dengan ikhtiar, bagaimana hasil ikhtiar itu
memenuhi target. Tetapi kalau takdir itu tidak disertai dengan ikhtiar,
melainkan hanya menunggu keputusan Tuhan, maka sikap sufistik seperti itu
bersifat negatif.
Sikap sufistik yang
bersifat negative menjadi eskapisme, sedang sikap sufistik yang positif menjadi
tasawwuf positif atau sufisme baru (neosufisme) atau di sebut Tasawwuf modern.
Istilah “Neo-Sufisme”
terasa lebih netral dari pada istilah “Tasawuf modern” terasa lebih optimistik,
karena istilah “modern” sering kali berkonotasi positif dan optimistis. Tetapi
ke duanya menunjuk kepada kenyataan yang sama, yaitu suatu jenis kesufian yang
terkait erat dengan syari’ah atau dalam wawasan Ibnu Taimiyah, jenis kesufian
yang merupakan kelanjutan dari ajaran Islam itu sendiri, sebagaimana termaktub
dalam Al-Qur’an dan Sunnah, dan tetap berada dalam pengawasan kedua sumber
utama ajaran Islam itu, kemudian ditambah dengan ketentuan untuk tetap menjaga
keterlibatan dalam masyarakat secara aktif.[18]
Fazlur Rahman
menjelaskan bahwa Neo-Sufisme itu mempunyai ciri utama berupa tekanan kepada
motif moral dan penerapan metode zikir dan muraqobah atau kosentrasi kerohanian
guna mendekati Tuhan, tetapi sasaran dan isi kosentrasi itu disejajarkan dengan
doktrin salafi dan bertujuan untuk meneguhkan keimanan kepada aqidah yang benar
dan kemurnian moral dari jiwa.[19]
Gejala yang dapat
disebut sebagai Neo-Sufisme ini cenderung untuk menghidupkan kembali aktivisme
salafi dan menanamkan kembali sikap positif kepada dunia. Dalam makna inilah
kaum Hambali, seperti Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim al-Jauziyah, sekalipun sangat
memusuhi sufisme populer, adalah jelas mereka adalah kaum neosufi, malah
menjadi perintis kea rah kecenderungan ini.
Selanjutnya kaum
neosufi juga mengakui sampai batas tertentu kebenaran kalim sufisme intlektual
bahwa mereka menerima kasyf (pengalaman penyingkapan kebenaran ilahi) kaum sufi
atau ilham intuitif, tetapi menolak klaim mereka seolah olah tak dapat salah (ma’shum)
dengan menekankan bahwa kehandalan kasyf adalah sebanding dengan kebersihan
moral dari kalbu, yang sesungguhnya mempunyai tingkat – tingkat yang tak
terhingga.
Baik Ibn Taimiyah
maupun Ibn Qayyim sesungguhnya mengaku pernah mengalami kasyf. Jadi terjadinya
kasyf dibawa kepada tingkat poses intlektual yang sehat. Lebih jauh lagi, Ibn
Taimiyah dan para pengikutnya menggunakan keseluruhan terminologi kesufian,
termasuk istilah “salik” (penempuh jalan keruhanian) dan mencoba memasukkan
kedalamnya makna moral yang puritan dan etos salafi. Jadi neo-sufisme
menekankan perlunya pelibatan diri dalam masyarakat secara lebih kuat dari pada
sufisme lama. Sebagai misal, di bawah ini adalah kutipan dari suatu fersi
tentang zuhud atau asketisme, salah satu unsur amat penting dalam sufisme,
berasal dari sebuah kitab dalam bahasa Melaju tulisan Jawi (Arab Melayu).[20]
(Fasal) pada menyatakan zuhud yakni benci akan dunia
maka yaitu martabat yang terlebih kepada haqq Ta’ala karena manakala benci akan
dunia itu melazimkan
gemar akan akhirat dan gemar akhirat itulah perangai yang di kasi haqq Ta’ala
seperti sabda Nabi: Tinggalkan olehmu akan dunia niscaya kasih haqq Ta’ala akan
dikau dan jangan kau hiraukan barang sesuatu yang pada tangan manusia niscaya
dikasih akan dikau oleh manusia, tinggalkan olehmu akan dunia niscaya di masuk
Allah Ta’ala kedalam hatimu ilmu hikmah yaitu ilmu hakikat maka ketika nyatalah
kau pandang hakikat dunia ini dan nyatalah kau pandang hakikat akhirat itu
hingga kau ambil akan yang terlebih baik bagimu dan yang terlebih kekal.
(Maka) yang terlebih sempurna martabat zahid itu
zuhd arifin, yaitu hina padanya dan keji padanya segala ni’mat yang dalam dunia
ini dan semata – mata berhadapan kepada Haqq Ta’ala tiada sekali – kali
berpegang hatinya kepada ni’mat dunia ini dan adalah dunia ini pada hatinya seperti
kotoran jua atau seperti bangkai jua tiada menghampir ia melainkan pada ketika
dlarurat inilah zuhd yang terlebih tinggi martabatnya dari pada segala makhluq
tetapi adalah seperti ini sangat sedikit padanya wa ‘I-Lah-u ‘I muwaffiq.
Ajaran tasawuf juga mengajak orang untuk bertawakal pada
Tuhan,menyebabkan ia memiliki
pegangan yang kokoh,karena ia telah
mewakilkan atau menggadaikan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan.[21]
C.
Hubungan
Spiritualitas dengan Kesuksesan Kepemimpinan
Islam sebagai sistem ajaran keagamaan yang lengkap dan
utuh dan telah memberi tempat kepada jenis penghayatan keagamaan,baik yang
eksoterik (dhahiri) maupun bathini (esoteric).[22] Islam juga telah memberi panutan dan
contoh sebagai tauladan bagi umatnya.Jadi jika kita mencari tokoh sufi ideal
disepanjang sejarah Islam,Muhammad Rosulullah saw.[23]
Didalam tulisan Michael Heart,Dia
menempatkan Muhammad sebagai orang yang sangat berpengaruh didunia.Jadi seperti
diakuinya Muhammad adalah seorang yang sukses memimpin didua level,yaitu selain
sukses memimpin persoalan dunia sekaligus berhasil menjadi pemimpin persoalan
akhirat.[24]
Tujuan seorang pemimpin adalah untuk menyatukan, mengarahkan,
membawa perubahan.[25] Sepanjang
sejarah peradabam manusia pemimpin-pemimpin sukses dalam menjalankan
kepemimpinannya didalam banyak bidang kehidupan seperti yang telah
diperlihatkan oleh para Nabi dan Rosul, sebelum Tuhan mengangkatnya menjadi
Rosul dan utusan Tuhan,Rosul juga telah membawa perubahan yang sangat luar biasa didunia
Islam.Selain itu Muhammad tumbuh dalam pengalaman kepribadian yang begitu
lengkap. [26]Artinya
seorang pemimpin juga harus mempunyai kepribadian yang baik
M. Amin Abdullah mengatakan, di dalam Islam terkandung ajaran yang tidak hanya
menyangkut lahiriyah saja tetapi juga menyangkut tentang
spiritualitas. Ada tiga konsep ajaran Islam yakni Iman,
Islam dan Ihsan. Ketiga aspek itu tercampur
menjadi satu dan menjadi kesatuan secara utuh dalam tindakan ibadah kepada Allah dan
hubungan dengan manusia. Pola-pola hubungan dengan Allah ini di antaranya
dengan melakukan salat dan puasa di samping yang lain, dan ini merupakan metode
yang sebenarnya sarat dengan muatan nilai spiritualitas.[27]
Sebenarnya
tujuan spiritualitas yang dilakukan seorang adalah bertujuan untuk mendekatkan
diri kepada penciptanya.sebagai orang yang beriman tentunya akan meyakini janji
yang dikabarkan oleh Allah bahwa Dia akan memuliakan kedudukan hambanya yang
beriman dan bertaqwa.Begitupun Allah yang telah menjajikan kepada orang yang
beriman yang menolong agama Allah maka Allah akan meneguhkan kedudukannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ
يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah,niscaya Dia akan
menolongnu dan meneguhkan kedudukanmu.”(QS.Muhammad 47;7).[28]
Dari konsep ajaran Islam tersebut,maka
setidaknya seorang yang beriman akan menjunjung tinggi spiritualitas.Islam adalah agama yang
lengkap yang mengatur segala aspek kehidupan yang akan menberikan pedoman dalam
menjalani kehidupan ini. Islam juga menjadi jawaban pemenuhan kebutuhan batin
selain kebutuhan jasmani.
Menurut Djoko Hartono,berdasarkan Hasil
temuan dalam penelitian dalam
hal spiritualitas Islam dan kepemimpinan di institusi pendidikan Islam. Beliau mengemukakan bahwa spiritualitas (salat tahajud,
duha, hajat dan puasa Senin Kamis) berpengaruh secara signifikan terhadap
keberhasilan kepemimpinan.
Kekuatan
spiritualitas sesungguhnya sangat memepengaruhi keberhasilan dan kesuksesan
kepemimpinan.Berikut adalah beberapa amalan sebagai wujud spiritualitas
seseorang yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemimpin dan yang telah
dikemukakan Djoko Hartono dalam bukunya ” kekuatan spiritualitas para pemimpin
sukses”.
1.
Sholat tahajut
Sholat tahajut merupakan faktor yang paling dominan yang
sangat mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan dibandingkan dengan amalan
spiritualitas yang lain.Hal ini dikarenakan keutamaan sholat tahajut dan
anjuran melakukannya yang telah diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an.Allah
Berfirman:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ
يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke
tempat yang terpuji.”(QS.Al-Isra’ 17 ; 79).[29]
Sholat
tahajut yang dilakukan dikeheningan malam,saat yang tepat untuk lebih
khusyuk,dekat berdialog dengan Allah dan mustajabah ketika seorang hamba
memohon-Nya.[30]
Moh.Sholeh
mengemukakan bahwa sholat tahajut memberikan manfaat yaitu orang yang
melakukannya akan memperoleh macam-macam nikmat yang menyejukkan pandangan
mata,tutur katanya berbobot,memperoleh tempat yang terpuji baik didunia maupun
diakhirat,dihapuskan segala dosa dan kejelekannya dan terhindar dari segala
penyakit,hilangnya perasaan pesimis,rendah diri,minder,kurang berbobot,dan
berganti dengan sikap selalu optimis penuh percaya diri,pemberani,tanpa
disertai sikap sombong dan takabur.[31]
Menurut Ahmad Sudirman Abbas,Keutamaan
sholat tahajut adalah terkabulkan do’a,jiwa menjadi tenang dan merasakan
kedekatan dengan Allah,terpancarnya aura positif dari jiwa
pelakunya,memunculkan inspirasi dan imajinasi dengan bimbingan Ilahi,dimudahkan
segala urusan hidup dan dicukupi apa yang yang menjadi kebutuhan
hidup,menghantarkan terwujudnya hasrat,keinginan dan cita-cita,serta tujuan
walau secara dzahir tidak terucap.[32]
2.
Puasa senin kamis
Puasa senin kamis juga memiliki pengaruh
besar terhadap keberhasilan pemimpin sukses.Ini merupakan faktor kedua yang
sangat mempengaruhi kesuksesan pemimpin.walaupun keutamaan yang melakukannya
secara eksplisit tidak dijelaskan nabi,kecuali karena pada hari itu amal
perbuatan diperiksa dan Beliau lebih suka diperiksa pada saat sedang
berpuasa,namun keutamaan puasa senin kamis akan didapatkan dari keterangan
keutamaan puasa secara umum.Orang yang melakukan puasa ini do’anya tidak akan
tertolak dan Allah sendiri yang akan membalas mereka.[33]
Rosulullah bersabda:
Abu Hurairah berkata bahwa Rosulullah SAW
bersabda ,”amal perbuatan itu diperiksa setiap hari senin dan kamis,aku lebih
suka diperiksa amalku saat aku sedang berpuasa.”(HR.At-Turmudhi)
Dari Abu Hurairah bahwa nabi bersabda :
Tiga
orang yang do’anya tidak akan tertolak : 1.Pemimpin yang adil;2.Orang yang
berpuasa hingga berbuka;3.Do’a orang didzalimi.Do’a mereka akan diangkat Allah
keatas awan serta dibukakan baginya pintu-pintu langit.dan allah
berfifman:”Demi kemuliaan dan keagungan-Ku,Aku benar-benar akan menolongmu
sekalipun telah sekian sat’.”(HR.Imam Ahmad)
Dengan melakukan puasa maka dapat menjadikan
hati bersih dan suci.Dengan berpuasa maka spiritualitas akan meningkat sehinga
akan lebih mendekatkan diri kepada Allah.Puasa juga dapat mengendalikan hawa
nafsu sehingga setiap aktifitas bisa terkontrol.Dengan demikian maka akan
tercipta akhlak yang mulia sehingga akan disenangi semua orang.Begitupun ketika
orang yang terbiasa berpuasa menjadi pemimpin maka akan menjadi pemimpin yang
sukses,mereka akan mampu melembutkan hati dan menyatukan bawahannya,tegas,mau
bermusyawarah,tidak sewenang-wenang,tidak memonopoli pendapat.[34]
Secara ringkas keutamaan puasa seni kamis
adalah antara lain : (1) media monitoring aktivitas keseharian dalam
sepekan.(2) pengendali hawa nafsu manusia.(3)Motivator terbesar dalam setiap
langkah untuk mencapi tujuan hidup.(4) Pembersih hati dan penyuci jiwa dari
segala noda keberhasilan atas karya-karya manusia.[35]
3.
Sholat duha
Spiritualitas
yang mempengaruhi keberhasilan ketiga adalah sholat duha.Hal ini dikarenakan
keutamaan sholat duha berbeda dengan shalat tahajut yang akan ditinggikan
derajat bagi yang melaksanakannya,sedangkan puasa senin kamis lebih berdampak
pada pengendalian tingkah laku keseharian.Maka keutamaan shalat duha ini lebih
cenderung kepada terpenuhinya kebutuhan.[36]
Shalat duha hukumnya sunat muakat (sanat
dianjurkan dan mendekati wajib) karena Rasulullah senatiasa mengerjakannya dan
berpesan kepada para sahabat untuk mengerjakannya.Shalat duha juga merupakan
wasiat Rasul kepada umatnya sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist.Dari Abu
Hurairah menceritakan,” Kekasihku Rosulullah SAW.memberi wasiat kepadaku dengan
tiga hal yang tidak pernah kutinggalkan hingga meninggal dunia : Shaum tiga
hari dalam sebulan,dua rakaat shalat duha,dan hanya tidur setelah melakukan
shalat witir”.(HR.Bukhari dan Muslim).[37]
Secara filosofis,sholat duha yang dikerjakan
umat Islam setidaknya memiliki tiga makna :
1.Menumbuhkan sikap optimisme,semanagt
membara dan konsentrasi tinggi untuk menggapai harapan dengantetap mengingat
Allah.
2.Shalat duha merupakan perwujudan bentuk
syukur,mampu menggugah kesadaran akan perlunya berkonsultasi kepada Allah dan
meminta petunjuk-Nya sebagai bekal bekerja agar tetap dijalan yang diridhai
Allah.
3.Shalat duha merupakan bentuk tawakal kepada
Allah sebelum memulai aktifitas sehari-hari,karena Allah yang mengetahui apa
yang akan terjadi dan yang akan diraih.Manusia hanya berencana dan berusaha
namun Allah yang menentukan.[38]
4. Sholat hajat
Shalat
hajat merupakan faktor yang mempunyai pengaruh terkecil terhadap keberhasilan
kepemimpinan.Ini dikarenakan dari segi keutamaannya masih bersifat umum
tergantung hajat orang yang melakukannya.Shalat hajat merupakan shlat sunh yang
biasa dilakukan untuk meraih sesuatu urusan keduniaan dan sesuatu yang
diinginkan segera diperoleh.Menurut Al-Ghazali Sholat hajat dilakukan ketika
ada keperluan atau hajat yang mendesak dan ditujukan kepada Allah agar
keperluannya cepat terpenuhi.[39]
Rasulullah bersabda:
”Barang siapa berwudhu dan menyempurnakannya,kemudian
shalat dua rakaat denagnsempurna,maka ia diberi Alla apa saja yang diminta baik
cepat ataupun lambat.”(Imam Ahmad).
Adapun
manfaat shalat hajat bagi manusia antara lain : kesehatan Rohani; Kesehatan
jasmani; Kebahagiaan lahir maupun batin; Mendapatkan kedudukan terhormat;
Mencapai tujuan yang diinginkan.[40]
Adanya
pengaruh signifikan spiritualitas terhadap keberhasilan kepemimpinan sangat
beralasan karena upaya spiritualitas ini menyebabkan seorang pemimpin menjadi
dekat dengan Allah.Kedekatannya dengan Allah hinnga menyebabkan mengalir
kedalam dirinya energi (Nur-Nya) dan menggerakkan otak sebagai pusat
kendali.Dengan demikian seorang yang senatiasa meningkatkan spiritualitasnya
maka ia akan ditunjukkan jalan yang terbaik baginya dan akan terwujud
keberhasialan dalam hidupnya.
KESIMPULAN
Islam sebagai sistem ajaran keagamaan yang lengkap dan
utuh dan telah memberi tempat kepada jenis penghayatan keagamaan, baik yang
eksoterik (dhahiri) maupun bathini (esoteric). Islam juga telah
memberi panutan dan contoh sebagai tauladan bagi umatnya.Jadi jika kita mencari
tokoh sufi ideal disepanjang sejarah Islam,Muhammad Rosulullah saw. Didalam
tulisan Michael Heart, dia
menempatkan Muhammad sebagai orang yang sangat berpengaruh didunia.Jadi seperti
diakuinya Muhammad adalah seorang yang sukses memimpin didua level,yaitu selain
sukses memimpin persoalan dunia sekaligus berhasil menjadi pemimpin persoalan
akhirat.
Adanya pengaruh signifikan spiritualitas
terhadap keberhasilan kepemimpinan sangat beralasan karena upaya spiritualitas
ini menyebabkan seornag pemimpin menjadi dekat denagnAllah.Kedekatannya
denganAllah hinnga menyebabkan mengalir kedalam dirinya energi (Nur-Nya) dan
menggerakkan otak sebagai pusat kendali.Dengan demikian seorang yang senatiasa
meningkatkan spiritualitasnya maka ia akan ditunjukkan jalan yang terbaik
baginya dan akan terwujud keberhasialan dalam hidupnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur’anulkarim
Abudinnata. 2009. Akhlak Tasawwuf. Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada.
Arqom, Ahmad. 2009. Pimpinlah dan Majulah. Surabaya :
TRU STECO, Cet.1
Hartono,Djoko, kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses (surabaya
: LKPI-MQA 2011)
Jonnassen, R.Jan.Rahasia
kepemimmpinan (Jogjakarta:Dolphin Book,2006)
Kartanegara, Mulyadi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta : Erlangga.
Mahmud, Halim. 2002. Tasawwuf di Dunia Islam. Bandung : CV Pustaka Setia
Maksum, Ali. 2009. Tasawuf Manusia Modern. Surabaya :
Pustaka Pelajar.
Permadi. 2004. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta :
PT Rineka Cipta.
Syukur, Amin. 2002. Menggugat Tasawuf, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, Cet.2
Tebba, Sudirman. 2004. Orientasi Sufistik Cak Nur. Jakarta : Khazanah Populer
Paramadina.
Sholeh,Moh.,Terapi Sholat tahajut menyembuhkan berbagai
penyakit (Jakarta : Hikmah 2007)
Buletin Baitul Izzah (Edisi 16 th. Ke-2 September
2010)
[1] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta :PT raja Grafindo
Persada,2000),h.289
[2] Mulyadi Kartanegara,menyelami
Lubuk Tasawuf(Jakarta :Erlangga,2006),h.264
[3] Ibid,h.265
[4] Ibid,h.266
[5] Ibid,h.267
[6] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta :PT raja Grafindo
Persada,2000),h.290
[7] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta :PT raja Grafindo
Persada,2000),h.293
[8] Mulyadi Kartanegara,menyelami
Lubuk Tasawuf(Jakarta :Erlangga,2006),h.272
[9] Ibid,h.271
[10] Ibid,h.271
[11] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta :PT raja Grafindo
Persada,2000),h.295
[12] Abuddin Nata,Akhlak tasawuf(Jakarta :PT raja Grafindo
Persada,2000),h.296
[14]
K.Permadi. Pengantar Ilmun Tasawuf (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h.123
[15]
Ibid,h.123
[16]
Mufid. Tasawuf dalam Konteks Modernisasi, Harian Pelita, 16 April 1993.
[17]
A.Ilyas Ismail, M.A. Neo Sufisme, Republik Hikmah Harian Republika, 13 Mei 1997
[18]
Sudirman Tebba, Orientasi Sufistik Cak Nur (Jakarta: Paradina, 2004), h. 165
[19]
Ibid,h.165
[20]
Ibid,h.166
[21] Ibid,h.297
[22] Amin Syukur,Menggugat tasawuf (Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR,Cet.II
2002),h.140
[23] Ibid,h.139
[24] Ahmad Arqom,Pimpin dan
majulah (Surabaya:TRUSTCO,Cet.I,2009),h.62
[25] Jan R.Jonnassen,Rahasia kepemimmpinan (Jogjakarta:Dolphin
Book,2006),h.15
[26] Ibid,h.63
[27]
Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), 149.
[28]
Al-Qur’an,
Muhammad 47;7
[29]
Al-Qur’an, Al-Isra’ 17 ; 79
[30]
Djoko Hartono, kekuatan
spiritualitas para pemimpin sukses (surabaya :
LKPI-MQA 2011)114
[31]
Moh.Sholeh,Terapi Sholat tahajut
menyembuhkan berbagai penyakit (Jakarta : Hikmah 2007) h.120
[32]
Djoko Hartono, kekuatan
spiritualitas para pemimpin sukses.h.18
[33]
Djoko Hartono, kekuatan
spiritualitas para pemimpin sukses.h.116
[34]
Djoko Hartono, kekuatan
spiritualitas para pemimpin sukses.h.116
[35]
Djoko Hartono, kekuatan
spiritualitas para pemimpin sukses.h.25
[36]
Djoko Hartono, kekuatan
spiritualitas para pemimpin sukses.h.116
[37]
Buletin Baitul Izzah.(edisi 16,th.ke-2 september 2010),h.5
[38]
Djoko Hartono, kekuatan
spiritualitas para pemimpin sukses.h.21
[39]
Al-Ghazali,Ihya Ulumuddin,jilid
1,terj.Moh.Zuhri (Semarang : as-syifa’,2003),h.680
[40]
Djoko Hartono, kekuatan
spiritualitas para pemimpin sukses.h.24